Ribut-Ribut Masalah Jalanan Rusak...ini Salah Siapa?
Tadi sore saya melihat berita di televisi.Di berita itu nampak
para sopir angkot di Sukabumi melakukan unjuk rasa.Nampaknya mereka demo kepada
pemerintah daerah karena jalan yang biasa mereka lalui belum kunjung
diperbaiki.Setidaknya telah 5 tahun tidak ada perbaikan jalan.
Ketika ngomongin soal jalan saya jadi teringat jalan di sekitar
rumah.Jalan yang saya lalui untuk bekerja adalah Jalur Banjarnegara menuju ke
Purwokerto.Di daerah Klampok jalan itu akan bercabang menjadi lewat arah
Purbalingga dan lewat Banyumas.Kebanyakan orang termasuk saya akan memilih
jalur Banjarnegara-Klampok-Purbalingga-Purwokerto dibandingkan Jalur
Banjarnegara-Klampok-Banyumas-Purwokerto.Anda tahu alasannya?Simple,Jalan.
Permasalahan tentang Jalanan nampaknya bukan hanya masalah pemda
Sukabumi saja,melainkan masalah yang warga Banjarnegara seperti kami
alami.Dengan Purwokerto sebagai pusat keramaian,hal ini menjadi magnet bagi
para pencari kerja untuk pergi kesana.Permasalahanya adalah jika melewati jalur
Banyumas,jalananya cenderung kecil dan berlubang.Okelah,jalur Purbalingga di
dekat Sokaraja mungkin sedikit sempit namun tidak terlalu rusak.
Padahal masalah jalanan itu penting.Jalanan itu adalah urat nadi
suatu perekonomian.Pertumbuhan ekonomi juga dimulai di sekitar jalanan.Semakin
ramai jalan itu,maka ia akan memicu pertumbuhan ekonomi di sekitarnya.Saya
yakin orang pintar diatas mengetahui hal ini,namun entah karena biaya yang
besar atau pemerintah yang kurang tanggap perbaikan jalan dari Jalur
Banjarnegara-Banyumas sepertinya dilakukan setengah hati.
Jika kita lihat perbaikan Jalan sendiri setidaknya melibatkan 4
Komponen penting yaitu Pemerintah,Pengembang,Pengusaha dan
Masyarakat.Pemerintah dalam hal ini sebagai penyelenggara negara wajib untuk
menyelenggarakan sarana jalan yang baik.
Hal ini berguna bagi pertumbuhan ekonomi di suatu daerah yang
dilalui oleh jalan itu sendiri.Tidak hanya berkewajiban atas
penyelenggaraan,namun pemerintah harus melakukan fungsi pengawasan baik ketika
proyek hingga proyek itu selesai dilakukan.
Disisi lain,pengembang atau kontraktor juga haruslah mengerjakan
proyek jalan ini dengan jujur.Terkadang sering dijumpai para kontraktor nakal
yang mencoba mengakali standar jalan.Hal ini tentunya berakibat pada kualitas
jalanan itu sendiri.Itulah sebabnya proyek jalan sering disebut proyek
abadi,bukan karena manfaatnya yang abadi melainkan kerjaanya yang abadi.
Padahal jika kita melihat contoh jalanan di luar negeri,hingga ke
pelosok desapun aspal mereka bagus.bahkan di Taman Nasional Yellowstone di
Amerika,ada sebagian daerahnya yang diaspal.Meskipun kebanyakan digunakan oleh
para peneliti,setidaknya hal ini menunjukan keseriusan pemerintah untuk menata
jalan.
Di dalam negeri sendiri nampaknya kita harus banyak belajar dari
Jogjakarta masalah pengelolaan jalan ini.Ketika terakhir kali saya berkunjung
ke Jogja saya sempat melakukan penelitian di daerah Kecamatan Piyungan,saya
mendapati jalanan diaspal sampai ke dukuh-dukuh dengan kondisi yang sangat baik
(padahal daerah ini termasuk daerah rawan gempa dan tanah longsor).
Oke,mari kita kembali ke masalah 4 komponen tadi.Komponen ketiga
yang menjadi pilar pengelolaan Jalanan adalah Pengusaha.Dalam hal ini pengusaha
baik itu angkot,atau industri manufaktur selama ia menggunakan jalanan sebagai jalur
distribusi maka ia tidak bisa lepas dari tanggung-jawab ini.Terkadang para
pengusaha seringkali membawa muatan yang berlebihan.
Masalah muatan yang berlebihan nampaknya menjadi lagu lama para
pengusaha untuk mengakali ongkos produksi.Alih-alih mereka membawa dua
kali,dalam pikiran pengusaha ini tentu akan lebih murah untuk membawa sekali
meskipun dengan muatan berlebih.Ini adalah mentalitas para pengusaha
kita.Alasan klasiknya adalah mereka tidak mau rugi.
Mentalitas macam ini dikombinasikan dengan pengawasan pemerintah
yang rendah adalah kombinasi yang sempurna untuk merusak jalan.Berapa kalipun
kita membangun,dengan mentalitas demikian jalanan kita akan cepat
rusak.Seringkali saya melihat lubang-lubang di jalan raya akibat Truck besar
yang lewat.Lubang itu cukup besar untuk membuat seseorang celaka di jalan raya.
Komponen terakhir adalah masyarakat.Masyarakat sebagai pihak yang
selalu menggunakan fasilitas ini nampaknya tidak memiliki peran yang
signifikan.Hal ini karena memang pengawasan dari masyarakat yang
kurang.Kurangnya pengawasan dari masyarakat sendiri dikarenakan oleh dua
sebab.Sebab pertama karena memang masyarakatnya yang gak acuh dan sebab kedua
karena memang masyarakat tidak diberi kewenangan untuk melakukan pengawasan.
Lalu apa Solusinya?
Beberapa solusi yang
bisa saya tawarkan antara lain :
1. Peningkatan pengawasan dari pemerintah melalui
peningkatan kesejahteraan pegawai jembatan timbang sekaligus sistem punishment
and reward yang jelas bagi mereka atas setiap jasa dan pelanggaran yang
dilakukan.
2. Bagi kepolisian lalu lintas,saya menilai bahwa
perlu diberikan kompensasi untuk setiap tilang yang diberikan.Hal ini perlu
untuk meningkatkan semangat pengawasan yang mereka lakukan (sejujurnya
kewajiban tanpa reward itu membosankan).
3. Perlu diatur mengenai peran masyarakat dalam
pengawasan pengelolaan jalan raya.Tidak perlu muluk-muluk sebenarnya,cukup
berikan mereka justifikasi agar bisa membantu pemerintah untuk melakukan
pengawasan.
Komentar