Berbincang masalah mineral water di Indonesia..
Bisnis air mineral (di Indonesia disebut
sebagai air kemasan) menurut saya adalah suatu bisnis yang menarik sekaligus
membingungkan.
Sampai detik ini,saya masih belum mengerti kenapa orang rela untuk mengeluarkan koceknya dalam-dalam untuk membeli sebotol atau segalon air dalam kemasan tersebut.
Sampai detik ini,saya masih belum mengerti kenapa orang rela untuk mengeluarkan koceknya dalam-dalam untuk membeli sebotol atau segalon air dalam kemasan tersebut.
Logika yang paling tidak masuk akal (dan melanggar prinsip
ekonomi) adalah fakta bahwa air merupakan barang bebas (oke..oke..mungkin tidak
bagi beberapa wilayah seperti Jakarta atau Gunung Kidul).Beberapa
daerah,termasuk daerah saya sendiri,rasa air tanahnya jauh lebih segar
dibandingkan dengan air minum dalam kemasan merek tertentu.
Jika kita lihat kontennya sendiri,tidak ada bedanya dengan air
putih biasa.Isinya ya gitu,sama-sama air cuma masalahnya kenapa yang satu bisa
dijual dan yang lain tidak?tentunya hal inilah yang menjadi pertanyaan bukan?.
Sebelum membahas produk air minum dalam kemasan di Indonesia,kita
akan mencoba menelusuri kembali jejak awal bisnis air mineral ini.Bisnis air
mineral sendiri kita dapat trace back ke United Kingdom (aka Inggris) sebagai
suatu bisnis air kesehatan di tahun 1621.Air kesehatan ini kebanyakan
dikonsumsi dan didistribusikan ke daerah Eropa dan Amerika.
Kemudian bisnis ini berubah tema menjadi air yang aman diminum.Hal
ini terkait dengan maraknya kasus kolera waktu itu.Namun,popularitas air
mineral sendiri sempat turun di Amerika setelah negara Paman Sam itu sendiri mulai membuat sistem
air bersih dengan air yang diberi chlorin.Namun ia kembali booming di negeri
itu karena iklan produk yang menyebutkan bahwa air ini lebih sehat dikonsumsi
dibandingkan soda.
Permasalahanya,apa yang terjadi sebenarnya di Indonesia?Bukankah
negara kita ini memiliki cadangan air yang melimpah.Sumber daya air kita begitu
banyak,mata air kita mengalir deras dan sumur kitapun tak pernah kering.lalu
kenapa kita harus membeli air?Saya memaklumi jika kasus ini terjadi didaerah
yang kekurangan air seperti gunung kidul atau Jakarta dimana airnya sendiri
telah tercampur air laut.Namun untuk daerah lain (terutama pedesaan)
popularitas air mineral nampaknya terlihat seperti sebuah anomali.
Kenapa saya menyebutnya anomali?anomali pertama adalah,sebuah
barang bebas (yang tidak membutuhkan usaha untuk mendapatkanya) biasanya
gratis,anda tidak perlu untuk membayarnya.Namun untuk kasus mineral water,kenapa
anda memilih membayar air ditoko jika stock air dirumah anda sendiri melimpah?
Anomali kedua adalah ketika memiliki produk yang sama persis
dimana yang satu gratis sedangkan yang lain bayar,kenapa anda memilih yang
bayar?tentunya pandangan ini nampak tidak rasional menurut hemat saya.Namun hal
ini bukan berarti kedua anomali tadi tidak dapat dijelaskan.Ia masih bisa
dijelaskan dengan menggunakan persepektif yang berbeda.
Pertama,kita lihat Psikologis konsume di Indonesia.Rata-rata konsumen di Indonesia
adalah tipikal konsumen yang memiliki tingkat konsumsi tinggi.Dilain pihak
mereka juga adalah tipikal yang tidak ingin ketinggalan trend.Permasalahanya
kiblat trend dan modernitas di Indonesia adalah Amerika.Hal inilah yang
menyebabkan kita sering kali membeo apa yang mereka anggap sebagai trend
(karena dianggap modern,padahal belum tentu).Begitu pula dengan kasus mineral
water ini.
Kedua,Masalah "kepraktisan" (jika tidak ingin disebut
bentuk KEMALASAN).Kepraktisan adalah dalih banyak orang mengkonsumsi mineral
water.Mereka lebih memilih air minum sekali pakai ini dibandingkan repot-repot
membawa air di dalam botol khusus.Padahal dengan dalih kepraktisan ini mereka setidaknya telah
melakukan dua kesalahan besar yaitu konsumsi berlebih dan pencemaran
lingkungan.
Konsumsi berlebih karena anda sebenarnya tidak perlu membayar
mahal untuk membeli sebotol air minum kemasan seperti itu.Bayangkan saja jika
anda seorang pekerja yang malas untuk memasak air,maka setidaknya anda akan
butuh sekitar 2 liter air perhari (sesuai anjuran minum 8 gelas/hari).
Hal ini jika kita ganti dengan membeli air
kemasan mungkin pengeluaran tambahan anda sekitar 9.000 / (asumsikan anda
membeli 3 botol air minum ukuran sedang dengan harga 3.000 perak).Jika angka ini kita lihat sebulan maka
9.000 x 30 = 270.000.Setidaknya anda harus mengeluarkan sebanyak ini.Buat beberapa
orang jumlah ini sedikit,namun buat yang lain jumlah ini banyak (bukankah
jumlah segini lebih anda infakkan pada kaum yang membutuhkan?)
Nah sekarang,tentu anda bisa membayangkan berapa
banyak botol yang akan anda buang sebulan?ya sekitar 90 buah per bulan.Jika ada
1.000 orang saja seperti
anda maka ada sekitar 90.000 botol di lingkungan kita.Tahukan anda kenapa
kemarin pemerintah menerapkan diet tas plastik?karena plastik mencemari
lingkungan dan tidak bisa terurai di tanah.Bagaimana dengan botol-botol yang
anda buang itu?bisakah mereka terurai?Lucu mungkin rasanya jika di akhirat nanti
ketika diperlihatkan dosa kita,akan muncul dosa karena membuang botol
berlebihan :P
Komentar