Mari Kita Bicara Masalah Pertanian dan Impor Beras
Tingkat
ketergantungan masyarakat Indonesia yang tinggi membuat beras menjadi kebutuhan
pokok yang tidak bisa tergantikan.Banyak orang Indonesia yang sering berkata “kalo
belum makan nasi itu ya belum makan”.Pernyataan semacam ini menunjukan bahwa
nasi merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan ketika orang Indonesia makan.Tidak
peduli sarapan,makan siang maupun makan malam,nasi merupakan suatu hal yang
wajib tersedia di meja makan.
Sebenarnya kebiasaan semacam ini tidak hanya ada di Indonesia,namun Negara Asia dan Asia Tenggara pada khususnya tidak bisa terlepas dari benda bernama nasi.Permasalahanya adalah,Indonesia sendiri memiliki populasi sekitar 263 juta jiwa.Bayangkan berapa banyak beras yang dibutuhkan setiap tahunnya untuk memberi makan seluruh penduduk Indonesia?entahlah,yang jelas banyak pake banget.Selain jumlah penduduk yang sangat banyak,ada 2 permasalahan utama yang menghantui Indonesia terkait masalah pangan.
Pertama,generasi muda Indonesia tidak tertarik dengan pertanian.Pada akhirnya kita harus menyadari bahwa di masyarakat Indonesia terdapat stigma bahwa bekerja sebagai petani adalah pekerjaan kasar,pekerjaan berat dan susah jadi kaya.Stigma ini mengakar begitu kuat di kalangan masyarakat Indonesia.Pada akhirnya anak-anak para petani menolak meneruskan pekerjaan orang tua mereka menjadi petani dan memiliki pekerjaan lainnya seperti kerja kantoran.
Dengan
semakin menyusutnya jumlah petani di Indonesia,maka jumlah lahan yang digarap
untuk pertanian pada akhirnya berkurang.Sebagai konsekuansinya banyak anak
petani ini yang akhirnya mulai menjual atau mengalih fungsikan lahan pertanian
mereka untuk keperluan lainnya seperti perumahan atau untuk membangun kios
(berdagang).Pada akhirnya sebagai imbas berkurangnya lahan pertanian maka
jumlah produksi beraspun semakin lama semakin berkurang.
Solusi
yang kemudian ditempuh pemerintah pada akhirnya cukup pragmatis,yakni dengan mengimpor
beras dari Negara lainnya seperti Thailand dan Vietnam.Apakah solusi ini
berhasil?secara singkat solusi ini berhasil mengatasi kurangnya jumlah beras di
pasar.Namun kebijakan seperti ini pada akhirnya tidak menyentuh akar masalah
yang sesungguhnya yakni kesejahteraan petani.
Saya sangat yakin,jika sektor pertanian dapat memberikan kesejahteraan yang memadai bagi para petani secara umum,maka akan secara otomatis akan banyak orang yang terjun pada bidang ini.Hal ini tentu saja mengingat kebiasaan orang indonesia yang mudah membebek (ingat trend louhan,gelombang cinta dan akik?).Permasalahanya adalah,pekerjaan petani ini tidak dapat
menghasilkan keuntungan yang sesuai dengan jerih payah yang mereka
lakukan.Simplenya,jika hal ini terus dibiarkan,bukan tidak mungkin suatu saat Indonesia
tidak memiliki lahan pertanian sama sekali.Sungguh ironis mengingat bangsa ini
pernah dikenal sebagai bangsa agraris yang sangat handal mengolah tanah.
Kalo
kalian bertanya,kenapa sih petani di Indonesia itu kurang bisa bersaing dengan Negara
lain?atau kenapa sih sektor pertanian di Indonesia secara umum tidak bisa
membuat orang tertarik?Pendapat saya untuk masalah ini adalah masalah
teknologi.Meskipun kita berbicara masalah pertanian,bukan berarti tidak ada
kaitanya dengan masalah teknologi lho yah.Teknologi pertanian sendiri telah
berkembang cukup maju di luar negeri,sayangnya kemajuan tersebut tidak muncul
di Negara kita ini.
Ketika
kita berbicara teknologi pertanian,saya tidak hanya berbicara masalah traktor
dan mesin penggiling padi.Lebih jauh dari itu,ada banyak teknologi lain yang
lebih canggih di luar sana.Mulai dari mesin penanam padi,pemetik buah,pemberi
pupuk hingga penyiram tanaman secara otomatis.Selain itu juga para petani di
luar sana memiliki lahan pertanian yang luar biasa luas.
Pertanian
di Indonesia meskipun jumlah petaninya relative banyak,namun jumlah lahan yang
tersedia sendiri terbilang sempit.Ketika saya mengatakan sempit,bukan dalam
artian secara keseluruhan namun dalam hal individu.Pertanian di Indonesia yang
masih mengandalkan tenaga manusia secara manual membuat jumlah lahan yang bisa
ditanami menjadi terbatas.Pada akhirnya jumlah produksi menjadi sedikit dan
tidak seimbang dengan ongkos produksi yang dikeluarkan.
Ketersediaan
teknologi dan jumlah lahan yang dimiliki pada akhirnya menjadi masalah mendasar
pertanian di Indonesia.Jika kita melihat Negara seperti Amerika dimana terdapat
daerah khusus yang sengaja dibuka untuk para petani (dikenal dengan istilah
wheat belt,Corn Belt dll),Daerah-daerah yang begitu luas ini pada akhirnya
menjamin tingkat produktivitas hasil-hasil pertanian.Ketika hasil pertanian
melimpah,Amerika akhirnya bisa mengekpor hasil pertanian mereka ke Negara-negara
lain seperti Negara-negara eropa.
Hal
yang menarik adalah,di dalam negeri ketika jumlah hasil pertanian melimpah justru harga hasil
pertanian merosot secara bersamaan.Hal ini sebenarnya merupakan indikasi bahwa
ada masalah dalam manajemen hasil-hasil pertanian.Simplenya,pemerintah kurang
efisien dalam mengelola sirkulasi hasil pertanian di pasar sehingga terjadi
disparitas harga ketika jumlah pertanian banyak dan jumlah petanian sedikit.Mungkin
ada dari kalian yang berpendapat bahwa hal ini merupakan suatu hal yang normal
mengingat bahwa hukum pasarlah yang menentukan demikian.
Pada
kenyataanya,di Negara-negara liberal seperti Amerika sendiri,pemerintahanya
tidak sepenuhnya melepaskan harga-harga hasil pertanian pada mekanisme
pasar.Pemerintah di sana banyak sekali melakukan interversi dan investasi pada
sektor pertanian.Mulai investasi dari segi pupuk,benih hingga harga hasil
produksi yang memungkinkan mereka dapat bersaing dengan pasar
global.Simpelnya,pemerintah Amerika sendiri banyak memberikan subsidi pada
sektor pertanian untuk menjamin agar harganya stabil dan bisa bersaing di pasar
global.
Kesimpulan
dari tulisan ini pada akhirnya adalah,untuk meningkatkan sektor pertanian dan
menjamin ketahanan pangan orang Indonesia,diperlukan banyak
perbaikan.Perbaikan-perbaikan ini ada pada sektor penggunaan teknologi baru
untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.Peningkatan jumlah lahan pertanian
dan pada akhirnya yang tidak kalah penting yakni manajemen dalam sektor
pertanian yang bisa menjamin tidak hanya produksi pertanian namun sirkulasi
hasil-hasil pertanian di pasar.
Komentar