Pancasila,Radikalisme dan Agama



Negara kita tercinta ini belakangan lagi suka ribut ribut masalah agama lawan pancasila.Awal mulanya sih masalah pilkada tapi juntrunganya malah jadi muncul kelompok pancasila lawan kelompok agama.Pertanyaan selanjutnya siapa yang bener diantara keduanya?Mari kita coba berdiskusi bersama.

Ketika tulisan ini dibuat pemerintah baru aja ngeluarin perpu tentang Ormas.Tujuan perpu ini secara singkat adalah untuk mempermudah pembubaran ormas anti pancasila.Korban pertama perpu ini adalah HTI yang dikatanya anti pancasila.

Kalo dipikir pikir kok malah jadi aneh yah,muncul kelompok pro pancasila dan pro agama.Apakah Pancasila sendiri anti agama?Mari kita coba telaah bersama-sama.

Perdebatan panjang antara Pancasilais dan kaum "Agamawan" itu bukanlah barang yang baru.Dalam sejarah bangsa ini kita tentu mengenal masalah pembrontakan DI/TII.Gerakan DI sendiri merupakan gerakan yang ingin membuat negara islam dan menolak pancasila.

Meskipun DI sendiri berhasil ditumpas namun pemikiran tentang mimpi mendirikan negara Islam di bumi Indonesia sendiri masih hidup hingga sekarang.Kenapa pemikiran ini masih bisa hidup sampai sekarang?hal ini mungkin mengingat negara kita merupakan negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia,namun menggunakan sistem pemerintahan sekuler barat yang sering dianggap sebagai pemerintahan kafir oleh beberapa penganut  pemahaman ini.

Kembali ke masalah Agama vs Pancasila,apakah mungkin keduanya akur?well,jawabanya sendiri tergantung bagaimana langkah pemerintah kedepanya.Kita tentu sadar bahwa sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan yang maha esa.

Sila ketuhanan yang maha esa sendiri memberikan kita jaminan bahwa kita dapat menganut agama apapun di negara ini.Jaminan inilah yang kemudian dikuatkan dengan pasal 29 UUD 1945.Lalu kenapa masih sering terjadi gesekan antara kaum agama dan pemerintah?

Gesekan antara pemerintah dan pandangan radikal sendiri biasanya terletak pada hal hal yang sifatnya simbol atau ceremonial.Beberapa pandangan radikal ada yang menolak hormat bendera atau menolak simbol burung garuda karena dianggap sama dengan menyembah berhala.

Dalam mengatasi Ormas atau gerakan radikal semacam ini pemerintah akhir akhir ini lebih banyak menggunakan pendekatan yang represif.Hal ini menurut saya tidak tepat karena sebuah pemahaman tidak akan mati meskipun kita membubarkan ormasnya.

Sebuah pemahaman atau pemikiran adalah hal yang diyakini oleh penganutnya sebagai suatu yang benar.Kita melihat bagaimana konsep negara Islam ala DI sendiri tidak mati meskipun organisasinya telah lama hilang ditumpas.

Satu-satunya cara untuk menghilangkan sebuah kepercayaan radikal pada dasarnya adalah membuat sebuah kepercayaan yang menjadi antitesis dari kepercayaan radikal tersebut dan menguatkanya.Secara mudahnya,untuk menghilangkan apa yang dipercayai oleh kaum radikal ini sebagai benar,maka kita harus menanamkan doktrin baru secara lebih kuat dibandingkan doktrin lama yang mereka percayai.

Mari saya contohkan,jika saya mengatakan bahwa Ibukota Indonesia bukanlah Jakarta melainkan Palangkaraya apakah anda akan percaya?tentu tidak,hal ini karena memori anda mengatakan bahwa Jakarta adalah Ibukota Indonesia.

Namun seandainya saya dan 100 orang lainnya mengatakan bahwa Ibukota Indonesia adalah Palangkaraya secara terus menerus,maka lambat laun kepercayaan anda terhadap apa yang dahulu anda percaya benar sedikit demi sedikit akan goyah,dan anda akan mulai percaya bahwa.m Ibukota Indonesia bukanlah Jakarta melainkan Palangkaraya.

Hal yang saya ingin tekankan disini adalah bahwa untuk menghilangkan paham radikal maka kita harus memiliki paham tandingan yang secara gencar dipropagandakan.Hal inilah yang di Jaman pak harto dikenal dengan penataran P4,pemutaran film nasional dll,tujuanya adalah untuk membimbing pemikiran masyarakat agar tidak keluar dari yang seharusnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Tokoh Pewayangan bernama Bagong

Kesan Mendalam Nonton Anime Trickster

Kesenian Daerah,Antara Hidup dan Mati