Redominasi Uang : Kebijakan yang tak Bijak
Beberapa hari belakangan rumor tentang akan dilakukanya redominasi uang semakin santer terdengar.Hal ini semakin menguat ketika Menko Perekonomian Darmin Nasution semakin sering membicarakan hal ini kepada publik.Menurut beliau,redominasi uang dilakukan untuk kebanggaan Indonesia sendiri.
Beliau juga mengatakan bahwa sekarang adalah momentum yang tepat untuk melakukanya.Pertanyaan saya benarkah demikian?Mari kita liat kenyataan disekitar kita.Kira kira 6-7 bulan lalu Bank Indonesia baru saja menerbitkan uang dengan desain baru.Uang ini diklaim lebih aman karena menggunakan sistem rectoverso.Sistem yang diklaim FPI membuat logo BI menjadi seperti palu arit.
Beliau juga mengatakan bahwa sekarang adalah momentum yang tepat untuk melakukanya.Pertanyaan saya benarkah demikian?Mari kita liat kenyataan disekitar kita.Kira kira 6-7 bulan lalu Bank Indonesia baru saja menerbitkan uang dengan desain baru.Uang ini diklaim lebih aman karena menggunakan sistem rectoverso.Sistem yang diklaim FPI membuat logo BI menjadi seperti palu arit.
Terlepas dari semua itu kita melihat bahwa peredaran uang baru ini termasuk lambat.Jujur,butuh waktu 6 bulan untuk saya sebagai warga daerah untuk bisa mendapatkan uang pecahan baru ini.Pertanyaanya kenapa.begitu lama?entahlah,namun yang jelas setelah lewat lebih dari setengah tahun uang dipasaran masih bercampur antara uang lama dan baru.Lucunya ketika kondisi masih belum merata seperti ini tiba tiba muncul isu redominasi uang.
Hal ini menurut saya aneh,kenapa?karena ketika anda memutuskan untuk melakukan redominasi anda tidak saja harus memperbaiki sistem pembukuan yang anda punya namun juga menyesuaikan dengan sistem yang baru tersebut.
Disisi lain,jika kebijakan redominasi ini dijalankan maka Bank Indonesia harus mengeluarkan uang baru kembali dan menarik semua uang lama yang beredar dengan cepat..Kenapa?karena hal ini dapat menimbulkan kebingungan di masyarakat.
Disisi lain,jika kebijakan redominasi ini dijalankan maka Bank Indonesia harus mengeluarkan uang baru kembali dan menarik semua uang lama yang beredar dengan cepat..Kenapa?karena hal ini dapat menimbulkan kebingungan di masyarakat.
Disisi lain,hal yang saya bingung adalah masalah anggaran pengadaan uang.Proses untuk menciptakan dan mengedarkan uang baru bukanlah hal yang murah.Diperlukan anggaran untuk mendesain uang baru,mencetaknya,mengumumkanya pada masyarakat hingga mendistribusikanya.
Semua itu tentu saja tidak murahLucunya ketika uang baru yang digadang sangat aman itu mulai beredar tiba-tiba pemerintah ingin melakukan redominasi.Hal ini tentunya akan memboroskan anggaran negara untuk desain,pencetaakan hingga diedarkan.Disamping itu,dana untuk pembuatan uang baru kemarin justru menjadi percuma.
Semua itu tentu saja tidak murahLucunya ketika uang baru yang digadang sangat aman itu mulai beredar tiba-tiba pemerintah ingin melakukan redominasi.Hal ini tentunya akan memboroskan anggaran negara untuk desain,pencetaakan hingga diedarkan.Disamping itu,dana untuk pembuatan uang baru kemarin justru menjadi percuma.
Hal lain yang menurut saya cukup aneh adalah alasan untuk redominasi.Alasan utama redominasi adalah masalah kebanggaan atau pride.Menurut beliau dengan melakukan redominasi maka orang Indonesia akan memiliki kebanggaan pada mata uangnya.
Contoh yang beliau gunakan adalah dengan membandingkan ketika para jemaah haji membawa uang yang jumlahnya banyak dan ketika ditukar menjadi Real terlihat sedikit.Namun sejujurnya hal ini hanyalah ilusi semata.
Contoh yang beliau gunakan adalah dengan membandingkan ketika para jemaah haji membawa uang yang jumlahnya banyak dan ketika ditukar menjadi Real terlihat sedikit.Namun sejujurnya hal ini hanyalah ilusi semata.
Memang benar bahwa dengan melakukan redominasi maka mata uang kita akan terlihat tinggi.Kita misalkan Kurs Rupiah ke dollar adalah Rp 10.000 (ini hanya untuk memudahkan perhitungan),jika kita redominasi maka 1 dollar dapat menjadi 10 rupiah saja,hebat bukan?
Sayangnya angka 10 rupiah tersebut tidaklah seperti yang kita bayangkan.Kenapa?karena angka itu adalah ilusi semata.Jika kita terapkan pada gaji pegawai maka ilusinya justru menjadi negatif.Kita misalkan gaji seorang pegawai baru adalah Rp 2.000.000 ketika diredominasi angkanya menjadi Rp 2.000
Sayangnya angka 10 rupiah tersebut tidaklah seperti yang kita bayangkan.Kenapa?karena angka itu adalah ilusi semata.Jika kita terapkan pada gaji pegawai maka ilusinya justru menjadi negatif.Kita misalkan gaji seorang pegawai baru adalah Rp 2.000.000 ketika diredominasi angkanya menjadi Rp 2.000
Nah sekarang kita lihat bagaimana ini berpengaruh ke perekonomian.Pengaruh utama yang akan terdampak langsung adalah masalah inflasi.Akan ada inflasi yang terus merangkak naik.
Hal ini pada suatu titik bagus untuk mendorong perekonomian,tapi disisi lain jika berlebih akan berakibat fatal.Kita misalkan anda beli nasi bungkus di warteg dengan kebijakan redominasi menjadi Rp 20.Ketika pedagang tersebut menaikan harga menjadi Rp 22 atau 23 tentu tidak keliatan besar padahal kenaikan tersebut setara 2000 perak uang lama.
Hal ini pada suatu titik bagus untuk mendorong perekonomian,tapi disisi lain jika berlebih akan berakibat fatal.Kita misalkan anda beli nasi bungkus di warteg dengan kebijakan redominasi menjadi Rp 20.Ketika pedagang tersebut menaikan harga menjadi Rp 22 atau 23 tentu tidak keliatan besar padahal kenaikan tersebut setara 2000 perak uang lama.
Anda bisa membayangkan hal ini terjadi di sektor barang-baranh sehari?naik 2 atau 3 rupiah akan terlihat kecil namun pada akhirnya akan menohok tingkat daya beli masyakat secara keseluruhan.
Dalam hal ini pemerintah dituntut untuk proaktif mengendalikan pasar agar fluktuasi harga yang terjadi tidak membuat rakyat menjerit.Namun sayangnya pemerintah kita memiliki catatan buruk dalam hal pengendalian pasar.Hal ini tentu menjadi pertanyaan bersama tentang urgensi redominasi mata uang kita.
Komentar