Kesenian Daerah,Antara Hidup dan Mati



Kalo boleh jujur,tulisan ini terinspirasi dari sebuah film dokumenter tentang kesenian Wayang Orang.Dalam film dokumenter tersebut digambarkan bahwa kehidupan para pemain wayang orang yang cukup miris.Bahkan disitu terlihat bagaimana mereka harus menjual beberapa barang pribadi sekadar untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.

Hal ini memang terlihat cukup miris.Indonesia yang terkenal memiliki banyak suku dan budaya ternyata memiliki masalah yang cukup serius.Masalah itu adalah matinya budaya lokal satu persatu.Hal ini tentu merupakam ancaman serius bagi kekayaan budaya Indonesia itu sendiri.

Sebelum lebih jauh membahas tentang nasib kesenian daerah ini,anda tentu jika bertanya-tanya tentang kenapa kesenian lokal mati satu persatu.Jawabanya cukup simple namun cukup kompleks yakni westernisasi.

Westernisasi atau prilaku kebarat baratan pada dasarnya datang bersamaan dengan modernitas dan globalisasi.Hal ini disebabkan karena kiblat modernitas adalah negara barat seperti Amerika sehingga orang sering kali salah kaprah tentang modernitas itu sendiri.

Proses Westernisasi ini pada akhirnya membawa beberap budaya barat masuk ke Indonesia dalam bentuk makanan,pakaian,film,tarian dsb.Hal ini pada akhirnya akan mengikis budaya lokal.Kenapa demikian?karena masyarakat Indonesia akan cenderung melihat budayanya sendiri berada dibawah negara maju.

Hal inilah yang kemudian memicu apa yang saya istilahkan sebagai Inferiority Complex.Inferiority Complex sendiri pada dasarnya adalah suatu keadaan dimana suatu masyarakat/Individu merasa bahwa budaya lokal yang dimiliki kalah hebat dengan budaya asing.Hal ini memicu pemilik budaya ini sendiri malu menggunakan budaya yang dimiliki.

Meskipun demikian,orang atau masyarakat yang terkena gejala ini juga akan merasa terlalu bangga/Overproud jika ada orang barat/asing yang memuji budaya lokalnya.

Namun kebanggaan ini tidak benar benar berasal dari rasa nasionalisme atau kebanggaan pada budayanya melainkan lebih pada perasaan puas ketika ada masyakat yg dianggap lebih tinggi posisinya mau mengakui budaya lokal mereka.

Hal-hal semacam inilah yang mengakibatkan budaya lokal Indonesia menjadi ditinggalkan oleh generasi mudanya.Para generasi muda lebih bangga belajar balet,salsa dan samba dibandingkan tarian tradisional.

Disisi lain dunia wayang orang sendiri juga mulai ditinggalkan kurang lebih dengan alasan yang sama.Para masyarakat kini lebih senang menonton sinetron di televisi.Padahal mungkin pertunjukan wayang orang ini memiliki cerita yang jauh lebih berbobot dibandingkan sinetron.

Ketika sudah sampai tahap ini lalu apa solusinya?Solusinya adalah budaya lokal ini harus bisa bertransformasi dengan perkembangan jaman.Caranya bagaimana?mari kita lihat beberapa contoh dibawah ini.

Di negara negara eropa musik klasik,opera,hingga Orkestra diselamatkan dari kepunahan dengan cara menjadikanya sebagai musik yang eksklusif dan berkelas.Hal ini membuat citra budaya ini menjadi naik begitu tinggi.

Lalu bisakah kita meniru hal yang demikian itu?Bisa namun tidak pas.Pendekatan semacam ini bisa dilakukan namun kita harus sadar bahwa pertunjukan lokal seperti Wayang Orang adalah pertunjukan rakyat.

Dalam hal ini tentu saja rakyat yang saya maksud adalah rakyat kebanyakan.Imej yang begitu lekat dengan kesenian ini tentu saja tidak bisa kita hilangkan begitu saja.Lalu bagaimana cara lainnya?

Beberapa pendekatan kreatif yang sering dilakukan oleh para seniman pertunjukan ini adalah dengan memasukan unsur komedi dan kritik sosial yang sedang hangat dibicarakan.Misal para wayang ini bersenda gurau masalah harga cabe yang terus naik hingga kesejahteraan masyarakat yang jauh panggang dari api.

Kesemuanya itu adalah pendekatan yang menarik namun tidak cukup.Kita harus bisa memastikan agar kesenian ini tidak hanya kembali eksis namun juga mampu untuk menghibur dan menghidupi para pemainnya

Lalu bagaimana caranya?Jika kita mencontoh Jepang mungkin kita akan mendapatkan pencerahan.Disana budaya lokal dimasukan kedalam film,animasi hingga iklan sekedar untuk menumbuhkan dan menanamkan kecintaan pada budaya tersebut.

Disisi lain mereka juga membuat suatu kota yang dijadikan sebagai kota wisata dipadu dengan budaya.Pendekatan semacam ini sebenarnya kita bisa lihat di Bali dan Yogyakarta.Kedua kota ini menjadi contoh nyata bagaimana budaya lokal,modernitas dan tourisme dapat berpadu dengan apik.

Simplenya saya ingin mengatakan bahwa kita harus menciptakan lebih banyak kota seperti Bali dan Yogyakarta di Indonesia.Hal ini tidak hanya akan menguatkan Indonesia dari segi budaya dan Nasionalisme namun juga akan menambah pemasukan negara dari sektor pariwisata juga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Tokoh Pewayangan bernama Bagong

Berbincang masalah mineral water di Indonesia..

Iklan Anti Rokok di TV Kok Gak Etis..??