Pelajaran Hari ini ; "Mendengarkan" dan "Bertanya"
Pagi itu udara cukup
cerah,tanggal masih menunjukan angka 5 di awal tahun 2016.Aku yang terbangun
setelah bergadang di warnet bersiap untuk kembali melakukan aktivitas.
Mulai kupersiapan semua
peralatan dan bergegas untuk kembali bergumul dengan kemacetan
ibukota.Rutinitas yang selalu menjadi teman setia untuk setidaknya 6 tahun
terakhirku di Kota Ini.Tidak ada yang terlalu istimewa sebenarnya di tempat
kuliah.Akupun memilih pulang.
Tujuanku ketika pulang
adalah warnet favoritku yang ada di sebuah gang di daerah Genteng Ijo Jakarta
Selatan,sebuah warnet yang sering disebut sebagai warnet si engkoh.Yah
pemiliknya adalah seorang keturunan Tionghoa.Beliau begitu ramah dan baik pada
semua orang.Hampir tak pernah kutemukan orang sebaik dirinnya setelah
orangtuaku sendiri.
Setelah melewati siang
yang begitu panas dan terik akupun sampai di warnet itu.yang pertama kulakukan
adalah masuk ke meja admin (yups aku teknisi di warnet ini) dan memesan minuman
dingin dan menyalakan rokok Gudang garam yang dari tadi ada di saku celanaku.
Tidak lama berselang
seorang ibu dengan dandanan kantor datang.Dari usianya kutaksir ia berumur
sekitar 30 tahunan.Beliau adalah sosok yang sebenarnya sudah sering ke warnet
ini.Aku sendiri setidaknya sudah bertemu dengan dirinya beberapa kali.
Si ibu yang kumaksud
masuk kedalam dan langsung meminta password.Akupun memberikanya beserta tarif
perjam yang ada di warnet itu.Nampak si ibu ini sibuk dengan kerjaanya di meja
depan.Akupun lebih memilih untuk diam sembari melanjutkan menghisap batang
rokok yang masih ada 3/4nya.Selang tak berapa lama suara mesin print muncul
dari sebelahku,tanda ada seseorang yang sedang mencetak dokumen.Nampaknya si
Ibu tadi yang mencetak dokumen.
Tak berapa lama si ibu
ini datang menghampiriku sembari menanyakan hasil print outnya yang memang agak
banyak.Aku memberikan hasil print out itu kepadanya.Sejenak wajah sang ibu itu
mengenyitkan dahi tanda tak senang dengan hasil print outnya.
Iapun mulai berkata
"Kok hasilnya jadi gini mas,jadi kekecilan".Aku yang sudah hafal
dengan tabiat sang ibu inipun menjawab "tadi settingan ibu
gimana?"."Ya biasa mas,lha wong di kantor saya juga ngetik hasilnya
bener kok mas" kilahnya sambil memarahiku.
Akupun hanya tersenyum
karena sudah hafal dengan tabiatnya ini dan berkata "ya gimana bu,ini
emang belum disetting kayaknya,mari saya bantu
settingkan" dan alhasil dokumenya di print ulang dengan hasil yang
diinginkan si ibu tadi.Diapun membayar dan pulang sembari menggerutu.
Aku yang biasa menerima
perlakuan sang ibu itu hanya bertanya dalam hati.Apa sih susahnya bertanya dan
mendengarkan?.Si ibu yang gak gue sebutin namanya ini sudah berkali-kali datang
kesini,dan berkali-kali pula ia melakukan kesalahan yang sama (dan berkali-kali
pula aku atau temenku yang operator aslinya dimarahi).
Mungkin jabatan dan
gengsinya telah menyumbat telinganya untuk mendengarkan orang
mengajarinya..sungguh amat disayangkan yah guys.Andai saja si ibu ini mau
mendengarkan tentunya ia tidak akan membayar dobel untuk dokumen yang ia cetak
itu.
Andaikata ia mau
mendengarkan,ia tidak perlu berdosa memarahi orang yang tak bersalah dan
andaikata ia mau mendengarkan orang,tentunya ia tidak akan mengalami siklus
yang sama berkali-kali.
Komentar