Era Informasi : Menguasai Informasi,Menguasai Dunia
Berbicara mengenai era informasi
membuat pikiran saya melayang pada puluhan tahun lalu ketika masih duduk di
bangku sekolah dasar.Seingat saya waktu itu adalah hari senin ketika seorang
bapak guru memberikan wejangan rutin setelah upacara bendera.Kebetulan waktu
itu yang bertugas sebagai pembicara adalah almarhum bapak Soenardjo.
Bapak Soenardjo atau kami sering
memanggilnya sebagai Pak Nardjo adalah seorang guru SD yang bisa dibilang
nyentrik dan jadul.Seingat saya,beliau sering terlihat di sekolah memakai
pakaian dinas berwarna biru tua (terkadang biru muda dengan warna yang
mendekati abu-abu),memakai sebuah vespa jadul yang entah keluaran tahun berapa
dan berdandan klimis layaknya akan pergi kondangan.
Pagi itu beliau berbicara di depan
kami mengenai pentingnya menyongsong era informasi sebagai generasi penerus
bangsa.Tentu saja dengan tema seberat itu tidak ada satupun dari anak-anak yang
benar-benar mendengarkan dengan serius atau semangat.Saya sendiri hanya
mendengarkan sepintas mengenai tema ini,namun alasan saya teringat akan hal ini
adalah karena di kemudian hari tema ini kembali diulang oleh orang-orang lain
seperti pembicara seminar,beberapa pengarang buku manajemen hingga guru SMA
saya sendiri Bapak Ananta.
Ketika Pak Nardjo berbicara mengenai
pentingnya menguasai informasi,beliau berbicara pada konteks akhir tahun 90an
atau awal 2000an ketika krisis baru saja melanda Indonesia,ibu-ibu ramai-ramai
membuat cincin “emas” menggunakan koin 100 rupiah jadul dan sinetron Tuyul dan
Mbak Yul masih menjadi teman setiap menjelang malam.
Dalam konteks tahun itu boleh jadi
pembicaraan mengenai menyongsong era Informasi adalah sebuah pembicaraan yang
usang dan visioner di saat yang bersamaan.Kenapa demikian?ketika saya menjadi
mahasiswa manajemen,saya mendapati bahwa pembicaraan dengan tema yang sama
telah diulang-ulang oleh para pakar manajemen dan bisnis di luar negeri mungkin
mulai dari dekade 60an.
Tentu saya pembicaraan ini adalah
pembicaraan elite yang informasinya terbatas pada mereka saja dan bukan
merupakan konsumsi publik.Idenya adalah dengan menguasai arus informasi maka
para pengusaha itu akan dengan mudah mendapatkan demand yang sesuai atau
peluang bisnis yang di inginkan.Konteksnya pada tahun itu adalah bisnis,maka
dari itu jargon yang sering mengiringinya adalah “siapa yang menguasai informasi
maka ia akan menguasai dunia.”
Dengan kata lain pembicaraan tersebut
adalah sebuah pembicaraan lama.Namun,dikatakan visioner karena,hal ini menjadi
relevan ketika kita hidup di era digital seperti sekarang ini dimana arus
informasi bisa dikatakan demikian mudahnya menyebar melalui berbagai media
sosial.Lalu apakah kita menjadi lebih mudah menguasai dunia?jawabannya
tidak,kenapa?
Pada dasarnya jargon itu sendiri
tidak bermakna menguasai dalam konteks mengetahui saja melainkan bisa juga
dimaknai dengan menguasai dalam konteks memanfaatkan.Dengan kata lain,tidak
peduli berapa banyak orang mengetahui suatu informasi ketika ia tidak bisa
memanfaatkannya maka ia tidak bisa menguasai dunia.Sebaliknya,meskipun apa yang
seorang ketahui sedikit,namun ia bisa menggunakan apa yang ia ketahui secara
maksimal maka ia bisa memanfaatkan pengetahuannya untuk menguasai dunia.
Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah,terkadang menguasai informasi juga bisa bermakna anda tidak boleh
membaginya dengan orang lain,sebab ketika semua orang mengetahui akan informasi
tersebut maka nilai akan informasi itu akan hilang.Mari kita contohkan
begini,anda adalah seorang pengusaha mebel.Usaha mebel anda laris karena anda
bisa menjualnya dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan pesaing anda.Penyebab
anda bisa menjual lebih murah karena anda menemukan supplier kayu yang jauh
lebih murah.Jika informasi tentang supplier kayu ini diketahui pesaing-pesaing
anda maka keuntungan anda bisa jadi akan hilang.
Dengan kata lain,kita bisa memaknai
kata menguasai informasi melalui 3 perpektif yakni menguasai dalam konteks
memahami informasi,menguasai dalam konteks menggunakan informasi dan menguasai
dalam konteks memonopoli informasi.Perspektif mana yang akan anda gunakan tentu
tergantung pada kasus atau kondisi anda sendiri.
Komentar