Ketika Virus Covid-19 Mulai Diremehkan


Malem itu ibu bercerita mengenai rencana mendatangi hajatan seorang anak tetangga yang dulu sempat dekat ketika masih jaman ngontrak.Sontak pernyataan itu membuat saya kaget bercampur kesal.Ketika musim pandemi corona masih begitu massif berlangsung,ibu justru dengan entengnya ingin mendatangi hajatan pernikahan.Hal yang lebih miris adalah,orang yang melangsungkan pernikahan juga harus mengundang orang-orang lain.

Memang,desa tempatku tinggal tidak bisa dikategorikan sebagai zona merah,namun perlu diingat dengan jumlah test yang tidak terlalu banyak dan adanya para OTG (Orang Tanpa Gejala),bisa saja ada satu dari sekian banyak tamu undangan yang terkena virus tersebut dan menyebarkanya ke orang lain tanpa ia sendiri sadari.Kalo sudah begini,siapa yang mau disalahkan?orang yang ngundang hajatan,orang yang dateng hajatan atau OTG yang juga masih keluyuran?.

Hal yang  terjadi sekarang adalah,orang mulai meremehkan virus yang  telah memakan banyak korban ini.Memang benar,dengan berdiam diri selama hampir 3 bulan dirumah membuat rasa jenuh hampir tidak terpuaskan.Saya sendiri sempat sesekali nakal dengan mencoba membeli jajanan ke warung sembari sekedar melepas rasa jenuh.Tapi,tentu saja saya tetap menggunakan masker,sarung tangan,jaket,helm full face komplit deh pokoknya.

Ketika perlengkapan perang sudah selengkap itu saja,banyak orang-orang kampong yang melihat saya seperti orang aneh.Mereka bisa dengan santainya merokok,tidak memakai masker dan tidak peduli dengan himbauan Social Distancing atau Physical Distancing.Kalo udah gini aku kudu piye gustii…(kataku dalam hati sambil berteriak).Ketika orang yang sadar akan bahaya virus dianggap aneh dan orang yang tidak peduli dianggap lumrah maka ingin rasanya berontak dan meneriaki mereka semua “anjiiing kalian…”.Rasa frustasi itu benar-benar  memuncak dalam dada,ketika harus terkurung di rumah berbulan-bulan dan menjaga jarak bahkan dari anggota keluarga sendiri namun ketika keluar semua itu ibarat tidak ada artinya.

Haruskah saya menjadi tidak peduli karena lingkungan saya tidak peduli?ataukah saya harus ikut gila karena dikerumuni orang gila?atau lebih baik tutup mata dan ikut menggila??entahlah,mungkin dirumah terlalu lama juga membuat saya juga gila.Namun,meskipun saya gila saya tidak ingin membahayakan orang-orang yang ada dirumah.Mencoba bertahan dengan keyakinan tentang bahayanya virus ini sekarang memang tak mudah.

Sejujurnya jika harus marah,saya ingin marah karena jumlah test kita yang tidak sebanyak yang diharapkan.Ketika melihat angka Amerika yang demikian banyak,lucunya beberapa buzzer  justru berteriak “tuh lihat,amerika aja gak sanggup makanya gak usah ngomongin pemerintah”.Ingin ku berkata kasar pada orang-orang pandir bin durjana ini,”itu karena di test makanya ketahuan semua yang kena gobloook,kalo gak di test mana bisa ketauan…”.

Angka test kita sampai saat tulisan ini dibuat (12 May 2020),belum terlalu banyak atau kurang dari 10k/hari.Jumlah ini jauh dari ideal dan hal ini juga diakui oleh pemerintah sendiri.Ketika jumlah test kita tidak banyak,maka pasien yang ada tidak dikategorikan sebagai pasien korona karena memang belum di test.Paling mentok mereka akan dikategorikan sebagai PDP.Oleh karenanya fenomena PDP meninggal haruslah kita jadikan pelajaran bersama mengenai jumlah test kita yang memang masih kurang.

Hal yang lebih gila lagi adalah wacana pemerintah untuk melonggarkan PSBB dan memperbolehkan mereka yang berumur dibawah 45 tahun untuk bekerja.Iki opo maneeeh gustiii..paringana pangapura.Wacana seperti ini justru membuat rakyat semakin bingung,semakin bertanya-tanya dan semakin tidak peduli tentang covid 19 ini.Mereka mulai berpikir bahwa situasinya mulai membaik,padahal situasinya?entahlah..lha wong testnya aja kurang,mau tau puncak pandemi gimana.Jangan bercanda sampeyan.

Ketika pemerintah mulai diam-diam mendorong warganya untuk kembali bekerja dan ketika warga sudah terlalu muak tinggal dirumah,maka boleh jadi ledakan pandemi ini akan memiliki dampak yang menakutkan.Sejujurnya hal ini benar-benar saya takutkan,karena ketika orang mulai kehilangan ketakutanya maka ia akan menjadi lengah dan saat itu virus bisa dengan mudah masuk ke komunitas kita,ke lingkungan kita.Dari tulisan ini saya berharap teman-teman untuk tetap waspada dan stay safe.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dan Tokoh Pewayangan bernama Bagong

Berbincang masalah mineral water di Indonesia..

Iklan Anti Rokok di TV Kok Gak Etis..??